Jangan Doktrin Anak dengan “PAMALI”
Apa itu PAMALI? Bagi orang Sunda pasti sudah tak asing lagi dengan istilah PAMALI. Pamali merupakan istilah untuk hal-hal yang dilarang (tidak boleh dilakukan). Kerap kali orang tua meng-kambing hitamkan PAMALI dalam mendidik anak. Agar lebih jelas, yuk intip contog-contoh pamali yang sering dipakai orangtua untuk menakut-nakuti anaknya.
1. Jangan Keluar Magrib Nanti Diculik Wewe Gombel
Ayo ngaku, siapa disini yang suka pakai kata-kata ajaib ini buat nakut-nakutin anak. Biasanya orangtua pakai kalimat ini saat anaknya main sampai lupa waktu.
Maklum saja, masa anak-anak itu adalah saat dimana si kecil suka menghabiskan waktu dengan teman-teman sebayanya. Namun biasanya, saking seru bermain sampai susah diajak pulang. Nah, kalau sudah begitu orang tua akan bilang “Dek, ayo pulang. Nanti diculik wewe gombel lho!”.
Tanpa kita sadari, justru kalimat tersebut mendoktrin anak bahwa mahluk halus berkeliaran pada petang dan akan menculik siapa saja yang masih bermain di luar. Tak sedikit anak yang tumbuh menjadi seorang yang penakut dengan pamali ini.
Jadi, sebagai orang tua kita harus bijak dalam mendidik anak. Katakan saja dengan jujur, kenapa mereka harus sudah di rumah saat magrib. Coba jelaskan secara santai, namun dimengerti.
2. Jangan Buka Payung di Rumah, Nanti Mendatangkan Kesusahan
Secara logika apa hubungannya payung dengan kesusahan? Jelas tidak ada kaitannya bukan. Lantas, kenapa bisa muncul istilah pamali seperti ini? Pamali ini sudah ada dari zaman nenek moyang dulu.
Sebenarnya tidak ada hubungannya kesusahan datang karena membuka payung di dalam rumah. Tapi maksud dari kalimat itu sebenarnya adalah melarang membuka payung di rumah. Karena sesuai fungsinya, payung itu sebagai alat untuk melindungi dari panas dan hujan. Dan seperti yang kita tahu, bahwa rumah adalah tempat untuk berteduh dari panas dan hujan. Jadi, sudah tidak perlu membuka payung lagi bukan. Dan di sisi lain, membuka payung di dalam rumah juga membuat berantakan.
3. Habiskan Nasinya, Nanti Nangis Kalau Gak Dimakan
Ini pamali yang lebih lucu lagi. Apa nasi bisa nangis? Tapi anehnya, pamali ini tetap dipercayai dan dipakai banyak orang tua ketika anaknya susah makan. Ada yang berhasil membuat anaknya makan dengan lahap, namun tak sedikit pula uang gagal.
Alangkah lebih bijaknya jika memberi pengertian kepada anak untuk menghabiskan makannya dengan alasan yang mudah dimengerti. Misalnya, “habiskan makanannya, kita harus bersyukur masih bisa makan. Banyak orang di luar sana yang susah payah cari makan lho”. Kalimat seperti itu, justru lebih mudah dicerna oleh anak.
4. Jangan Potong Kuku Malam Hari, Nanti Dikejar Kuku Orang Meninggal
Mungkin ada yang asing dengan istilah kuku orang meninggal. Di Sunda beredar mitos bahwa kunang-kunang merupakan jelmaan dari kuku-kuku orang sudah meninggal. Nah, ini salah satu pamali yang secara tidak sadar membodohi anak. Kunang-kunang itu jelas hewan bukan kuku orang meninggal.
Dan kenapa tidak boleh potong kuku malam hari? Karena zaman dulu, malam hari penerangan terbatas. Apalagi kalau masih tinggal di desa. Di sisi lain, anak kecil masih kesulitan untuk memotong kuku sendiri. Karena khawatir jarinya terluka, orang tua melarang untuk memotong kuku malam hari.
5. Jangan Makan Ceker Ayam, Nanti Tulisannya Jelek
Ayam merupakan hewan yang hampir semua bagian tubuhnya bisa dimakan. Tak terkecuali kakinya. Atau kita menyebutnya ceker ayam. Ceker ayam biasanya enak untuk dimasak menjadi sop. Namun ada orangtua yang melarang anaknya makan ceker ayam dengan alasan nanti tulisannya jelek kayak ceker ayam.
Namun logikanya, makanan tidak akan mempengaruhi tulisan menjadi bagus atau jelek. Dan pada kenyataannya, ceker merupakan salah satu bagian ayam ternikmat untuk disantap. Mungkin ini alasan orangtua agar bisa makan banyak ceker ayam.
Sebenarnya, masih banyak lagi pamali-pamali lainnya yang beredar di masyarakat. Dan semoga beberapa ulasan pamali di atas bisa menyadarkan kita untuk tidak menakut-nakuti anak dengan kebohongan-kebohongan. Mulai sekarang, laranglah sesuatu yang tidak benar dengan alasan yang logis agar mudah dipahami oleh anak.